Rabu, 10 Maret 2021

Inilah Alasannya Ada Merajan Dadia, Jangan Sampai Lupa!

 

Inilah Alasannya Ada Merajan Dadia, Jangan Sampai Lupa!

Dalam ajaran agama Hindu, pemujaan terhadap leluhur merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pratisentana (keturunan).

Di dalam kitab Tri Dewa Bawa yang meliputi ibu (Mitri Dewa Bawa), peran seorang bapak dalam rumah tangga (Pitri Dewa Bawa), dan peran seorang guru dalam rumah tangga (Acarya Dewa Bawa) merupakan penjelmaan dewata.

Dalam rangka pemujaan terhadap leluhur ini ada tahapannya.

Hal itu tertuang dalam berbagai kitab, seperti Iti Prakerti, Siwa Gama, Putusan Bhagawan Manohari, dan Jajar Kemiri.

Inti daripada isi lontar tersebut, pertama, sesunggil karangan paumahan atau satu teritorial pekarangan rumah, berapapun kepala keluarga (KK) yang ada di dalamnya, itu wajib membangun Perihyangan yang disebut Sangar Kabuyutan, itu Kemulan Taksu.

Dalam lontar Siwa Gama, 10 atau lebih keluarga inti dalam satu pekarangan yang terdiri dari beberapa KK itu, harus membuat ikatan kekerabatan berdasarkan satu keturunan yang disebut Sanggah Gede/Merajan Agung atau disebut juga dengan istilah Merajan Pertiwi.

Bila nantinya kepala keluarga ini bertambah, tersebar di beberapa tempat, lalu mendirikan Sanggah Gede/Merajan Agung lebih dari satu, maka wenang ngwangun Paibon.

Bila nanti jumlah Pura Paibon bertambah minimal dua, selanjutnya wajib membangun Pura Panti.

Selanjutnya setelah beberapa Pura Panti didirikan oleh satu soroh keluarga tersebut, barulah membuat Pura Dadia.

Pura Paibon, Panti, dan Dadia itu tidak lain bertujuan untuk merekatkan persaudaraan kita dengan sesama, sebagai warih leluhur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar