Trading bukan hanya menjadi pilihan laki-laki untuk meraih kesuksesan. Banyak ibu rumah tangga di Jepang yang diam-diam terjun ke dunia trading karena beragam alasan. Berikut fakta lady trader yang menjalani trading di rumah yang menarik untuk diketahui.
Tidak menentunya perekonomian dunia, krisis finansial global, serta mewabahnya virus yang memaksa kita untuk lebih banyak beraktivitas di dalam rumah, membuat banyak orang mencari cara untuk tetap produktif walau tidak bisa bepergian. Industri trading adalah salah satu lahan basah yang banyak dilirik orang di tengah kondisi ini. Wajar saja, karena trading bisa dilakukan oleh siapa saja, asalkan mereka punya keinginan yang kuat serta ketekunan belajar.
Mulai Trading di Quotex Cara Daftar
Tidak percaya jika trading bisa dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja? berikut ini saya akan menceritakan fakta trading di rumah ala wanita Jepang. Meskipun hanya trading dari rumah, mereka berhasil meraup keuntungan lewat pasar trading. Faktanya, banyak wanita Jepang yang berhasil sukses menjadi Lady Trader. Berikut adalah kisahnya.
Download Aplikasi Quotex untuk trading
Fakta Trading Di Rumah ala Lady Jepang
Solusi Pemasukan Tambahan Bagi IRT Ketika krisis mulai mengguncang pasar keuangan dunia dan trader-trader profesional mengalami kerugian besar, justru ada sekelompok kecil trader yang tengah menggeliat: Mereka adalah IRT kelas menengah Jepang yang bekerja sebagai spekulan trading amatir. Siapa sangka, puluhan ribu wanita Jepang yang sudah menikah ternyata menjelajahi pasar tarding.
Mereka berusaha mencari peluang di sela-sela rutinitas rumah tangga dan mengurus anak. Tak tanggung-tanggung, transaksi para trader ini telah mencapai jutaan dolar. Ny Itoh adalah salah satunya.
Ketika diwawancarai oleh media New York Times, dia tidak ingin menyebutkan nama lengkap karena suaminya masih belum mengetahui aktivitas tradingnya. Ia adalah seorang IRT di pusat kota Nagoya. Setelah mencuci piring di malam hari, ia menghabiskan malamnya untuk trading pada mata uang GBP dan AUD. (Wanita-wanita ini menyatakan bahwa potensi trading online menawarkan beberapa kebebasan finansial untuk istri yang masih ingin patuh menghabiskan hari-hari mereka di rumah.
Tak heran jika trading online telah menjadi fenomena di Jepang, seiring dengan munculnya blog, buku, dan klub investasi untuk IRT Jepang. Kazuhiro Shirakura, seorang analis di Yano Research Institute di Tokyo, menjelaskan: Ketika terjadi krisis perumahan Amerika Serikat (housing bubble), nilai valas yang diperdagangkan secara online oleh warga Jepang termasuk para wanitanya rata-rata mencapai 9.1 miliar USD per hari, hampir seperlima dari semua perdagangan valuta asing di seluruh dunia selama jam perdagangan Tokyo. Jumlah yang fantastis, bukan?
Publik harus mengakui bahwa jumlah wanita yang menjadi trader memang semakin bertambah seiring waktu. Di luar Jepang, para trader forex wanita bahkan telah memperkenalkan diri dan aktif secara terbuka di media sosial.
Beberapa wanita Jepang yang trading di rumah menggunakan uang mereka sendiri, beberapa menggunakan uang suaminya, dan beberapa menggunakan kombinasi keduanya. Melalui trading, mereka melawan tabu tentang uang yang banyak diyakini di Jepang. Ternyata, masih banyak masyarakat yang menganggap uang hasil dari spekulasi pasar sebagai uang "kotor".
Hal ini dikonfirmasi oleh Mayumi Torii, salah satu IRT sekaligus trader paling terkenal di Jepang. Berbeda dengan Ny Itoh yang tertutup, Mayumi Torii lebih blak-blakan soal aktivitasnya menjadi trader. Torii telah menulis buku tentang strategi investasinya dan mendirikan perkumpulan untuk wanita yang menjadi trader ritel.
Meskipun suaminya sudah tahu dan menyetujui, Mayumi Torii sempat merahasiakan status sebagai trader pada teman-temannya. Hal ini cukup beralasan. "Ada anggapan bahwa uang yang tidak diperoleh dari kerja keras (kerja secara fisik) adalah uang 'kotor'," kata Mayumi Torii. IRT berumur 41 tahun ini menceritakan bahwa dia mendapatkan 150,000 USD pada tahun pertama memulai trading.
Di tahun 2007, Torii menjadi tamu reguler di sebuah program televisi. Meskipun pasar tengah bergejolak, dia masih terus bertahan di dunia forex karena hal itu memberinya kesempatan untuk mandiri secara finansial. Pengalaman hidup mengajarkannya untuk tetap produktif walaupun berada di rumah saja. Pada pernikahan pertamanya yang berakhir dengan perceraian, dia dan putranya harus hidup dari tabungan yang sedikit. Mayumi Torii, meskipun sekarang telah menikah lagi, menekankan bahwa dia tak ingin menggantungkan kondisi finansialnya pada orang lain.
Trading Di Rumah Membawa Beragam Hikmah Faktanya, trading di rumah juga menjadi ajang untuk mengasah pengendalian diri secara psikologis serta manajemen keuangan pribadi. Ny Itoh pernah kehilangan hampir 100,000 USD, tapi dia harus tetap berusaha tegar di hadapan suaminya. Sementara itu, Yayoi Kawakage, seorang Ibu Rumah Tangga berusia 40 tahun yang bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan konsultan real estate, mengatakan dia membatasi kerugiannya di angka 500 USD. Ia menyadari bahwa kerugian dan keuntungan adalah "dua sisi mata uang" dalam trading.
Karena jumlah Ibu Rumah Tangga yang menjadi trader tidak tercatat secara resmi, banyak analis pasar tidak menyadari "the power of emak-emak" ini. Itulah mengapa, publik terhenyak ketika polisi menangkap seorang Ibu Rumah Tangga Tokyo yang dituduh tidak membayar pajak 1.1 juta USD dari hasil tradingnya.
Dibandingkan saham, lebih diminati oleh para IRT di Jepang untuk trading harian. Alasannya sederhana: pair hanya melibatkan segelintir negara, sementara trading saham artinya mengawasi ratusan perusahaan. Potensi keuntungan yang besar membuat mereka tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Karena itu, walaupun para IRT sekaligus Lady Trader ini juga pernah mengalami kerugian besar, tapi mereka tidak menyerah karena memiliki motivasi masing-masing.
Dari fakta trading di rumah ala wanita Jepang di atas, ada beberapa poin yang bisa diambil, antara lain: Trading adalah aktivitas yang bisa dilakukan oleh siapapun dan dari mana saja. Trading di rumah bisa dilakukan, asalkan kita memiliki kedisiplinan dan lihai mengatur waktu. Manajemen risiko wajib ada. Tentukan manajemen risiko yang sanggup Anda tanggung dan bertanggungjawablah dengan hasil trading pribadi.
Trading masih sering dianggap tabu oleh sebagian masyarakat. Tak hanya di Indonesia, para wanita di Jepang ternyata juga menghadapi tantangan yang sama. Milikilah motivasi yang kuat untuk bisa bertahan di pasar trading. Ada kalanya kita mengalami kerugian dan ingin rehat. Hal tersebut wajar saja. Namun mengingat potensi yang besar di pasar trading, ada baiknya Anda memupuk kembali motivasi untuk berjuang menjadi trader yang profitable di pasar ini.
Tak hanya di Jepang, di Indonesia pun telah banyak wanita yang memilih untuk terjun ke pasar trading. Salah satunya adalah V3 trader, seorang Ibu Rumah Tangga sekaligus trader yang trading di sela-sela kesibukan merawat keluarga. Bagaimana asal mulanya terjun ke dunia trading?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar