Tirta penembak atau pemanah adalah air campuhan yang hening diperoleh pada tengah malam yang diambil pertama dari hilir ke hulu di sebuah sungai atau sumber air yang nantinya digunakan saat memandikan sawa dalam upacara pengabenan. Jenis dan makna tirta pengabenan ini mengandung makna membersihkan jasad orang yang meninggal dunia dari kotoran-kotoran lahir dan batin.
Dalam sebuah kisah gugurnya Rsi Bhisma, diceritakan bahwa awalnya air untuk membersihkan badan diminta kepada Duryudana, diberikan menggunakan tempayan emas, tapi ditolak, sebagai simbul penolakan segala gemerlap duniawi.
Namun Arjuna menggunakan dua panah dipanahkan keatas kemudian panah pertama jatuh diatas kepala Resi Bisma, dan panah yang satunya lagi jatuh di kaki.
Oleh karena itu pembersihan harus dimulai dari kepala.
Dari sini diambil filosofi Toya Penembak yang diambil dari Campuhan pada tengah malam tanpa lampu (gelap) dan diambil oleh sanak keluarga.
Maknanya sebagai sarana pemrelina mantuk maring Sangkan Paran (Ah … Ang) dan untuk menetralisir awidyanya sang lampus.
Toya Penembak: pe = pemutus; nembak = pembuka jalan.
Tirta Penembak: untuk memutuskan agar terbentuk jalan ke Sunya Mertha. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar